PONPES NGALAH
THE REAL MULTICULTARALISTIC
Penelitian
ini mengangkat masalah “Pesantren dan Implementasi Pengembangan model dakwah
multikultural, serta agendanya membangun kerukunan sosial umat beragama di
Kabupaten Pasuruan”. Tema ini merupakan salah satu isu paling aktual saat ini
yang mendominasi diskursus publik. Ada beberapa argumentasi mendasar yang dapat
dikemukakan. Pertama, tatanan formasi sosial keberagamaan di berbagai
daerah sekarang ini sarat diwarnai oleh kekerasan yang secara langsung ataupun
tidak langsung pasti bersinggungan dengan elemen keagamaan, termasuk pesantren.
Kedua, menguatnya kekerasan sosial yang melibatkan umat beragama, jelas
dapat mengancam ekologi pluralisme keberagamaan dalam realitas sosial
kemasyarakatan yang multikultural (multicultural society). Ketiga,
pesantren sebagai elemen keagamaan diharapkan dapat memainkan perannya secara
kreatif dan progresif dengan mendayagunakan potensi pendidikan, sosial, dan
dakwah pada khususnya.
Pengembangan
model dakwah pesantren yang berwawasan multikultural seperti yang dilakukan
Kyai dan Pondok Pesantren Darut Taqwa Ngalah ini, diharapkan dapat menjadi
solusi terbaik dalam pengembangan ekologi keragaman agama (pluralitas) dan
keragaman budaya (multikulturalitas) dalam kehidupan masyarakat, dengan
menumbuhkan semangat penghargaan terhadap agama dan budaya lain, supaya
tercipta kerukunan sosial umat beragama. Dalam konteks inilah, maka perlu
dilakukan pembedahan secara ilmiah dan analitis terhadap model dakwah pesantren
Darut Taqwa Ngalah ini, dalam rangka mengkonstruksi realitas pluralisme
keberagamaan dalam realitas sosial yang multikultural di Kabupaten Pasuruan
ini, yang pada akhirnya dapat didayagunakan menjadi social capital dalam
mengkonstruksi dakwah multikultural sebagai sarana pengembangan civil
society membangun kerukunan sosial umat beragama.
Secara
teoritik, pembedahan terhadap problema pesantren, dakwah multikultural dan
agenda pengembangan civil society pluralis akan dikaji melalui paradigma
pendekatan teori kritis (critical/empowerment knowledge), antara lain:
kritik globalisasi dan konstruksi sosial baru dengan wataknya yang dominatif,
hegemonik, dan eksploitatif; dampak globalisasi dalam kehidupan umat beragama,
yang memunculkan ancaman serius bagi ekologi pluralisme dan multikulturalisme
dalam kehidupan keberagamaan; respon pesantren terhadap globalisasi, dalam hal
ini dikritisi diversitas reaksi pesantren terhadap nilai-nilai baru, utamanya
globalisasi yang menelanjangi perbedaan menjadi semakin transparan; dan
pesantren serta konstruksi dakwah multikulturalnya. Sementara secara
metodologis, penelitian ini akan dihampiri dengan desain pendekatan kualitatif
mengingat unit kajiannya adalah fenomena sosial yang dinamik.
Pendekatan-pendekatan yang bersifat naturalistik semacam fenomenologis
(utamanya Konstruksi sosial), dan hermeneutis-kritis digunakan sebagai pisau
analisisnya. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam,
telusuran kepustakaan, dan dokumentasi. Analisisnya dilakukan secara induktif
dengan tahapan menghubungkan data, kategorisasi data, komparasi data, kesaling
hubungan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.
Penelitian
ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Pertama; Sejauh ini peran
Pesantren Ngalah dan Kyai Sholeh Bahruddin dalam proses pengembangan formasi
kerukunan sosial pada masyarakat multikultural di Kabupaten Pasuruan sudah
relatif besar. Hanya saja, peran yang diartikulasikan Pesantren Ngalah dan Kyai
tersebut belum sepenuhnya mampu mengkonstruksi suatu formasi kerukunan sosial
yang religius, humanis, inklusif, toleran, dan demokratis. Sehingga dapat
dikatakan bahwa formasi kerukunan sosial yang tercipta belum berwawasan
religius. Semua ini terjadi karena peran elemen sosial keagamaan Pesantren
Ngalah dihadapkan pada beberapa kendala baik internal, eksternal, kultural
maupun struktural.
Kedua:
Mengingat problema yang dihadapi
Pesantren Ngalah sangat kompleks, maka formulasi pemikiran yang ditawarkan
Pesantren Ngalah pun lebih bersifat pluralistik di antaranya ialah penawaran
ide-ide bahwa: Pesantren Ngalah harus mampu memainkan peran agama sebagai moral
sosial, ekonomi, dan politik; Pesantren Ngalah harus intensif melakukan
pencerahan kognitif, kesadaran akal budi, dan pemahaman keagamaan umat;
Pesantren Ngalah dituntut berperan dalam pemberdayaan umat dan penguatan institusi
sosial-keagamaan khsusunya di level grass roots, dan penguatan net work dan
linkage dengan berbagai elemen sosia yang ada.
Ketiga:
Ide-ide tersebut dapat
ditransformasikan melalui berbagai pola pendekatan strategik diantaranya ialah:
pendekatakan proses, pendekatan kultural, pendekatan dialektika/dialogis,
pendekatan formal/institusional yang dikemas secara kolaboratif dan
rekonstruktif. Keempat: Adapun aksi sosial-keagamaan yang ditawarkan
Pesantren Ngalah secara transformatif diartikulasikan ke dalam
aktivitas-aktivitas antara lain: revitalisasi universalitas ajaran agama dan
kearifan lokal, intensifikasi dialog agama melalui pendidikan pluralisme dan
multikulturalisme, revitalisasi institusi, organisasi, asosiasi keagamaan dan
pemberdayaan civil society publik agama, membanguan dan memperkuat kemitraan
strategis intern dan antar umat bergama dan antar umat dengan berbagai
institusi sosial, politik, swasta, pers, lembaga pendidikan dan lain
sebagainya.
Sedangkan
Kelima: Secara konstruktif model pengembangan kerukunan sosial yang
ditawarkan Pesantren Ngalah melalui agenda gerakan dakwah multikulturalnya
tersebut potensial untuk bersinergi dengan berbagai model pengembangan
kerukunan sosial yang dikembangkan elemen-elemen sosial lainnya. Apabila model
ini digunakan sebagai modeling pengembangan kerukunan sosial masyarakat
multikultural di Pasuruan, dapat diprediksikan, akan memberikan konstribusi
riil bagi perwujudan formasi kerukunan sosial masyarakat kota yang religius,
humanis, inklusif, toleran dan demokratis. Model Dakwah yang dikembangkan
perparadigma teologi Pluralis- Inklusif, Fiqhnya Transformatif-Humanis, dan
tasawufnya yang Sunni (Moderat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Lugas, Cerdas, Santun dan Mendidik