Senin, 18 September 2017

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Oleh: Achmad Nurohim


A.       PENDAHULUAN
Dewasa ini bangsa Indonesia menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang cukup memprihatinkan. Praktik demoralisasi mulai merambah hampir semua sektor kehidupan dan bahkan juga dunia pendidikan. Fenomena yang mempertontonkan perilaku oknum peserta didik dan bahkan juga oknum pendidik  yang mengarah kepada degradasi moral sudah cukup untuk menampar wajah dunia pendidikan nasional kita. Hal ini terjadi karena sistem pendidikan kita hanya cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas menjadi pengetahuan kognitif saja dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan secara nyata.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk sekolah dasar harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengindikasikan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan sebagai upaya menyeimbangkan antara kemampuan hard skill dan soft skill dan juga penguatan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar.

B.        KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Karakter menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘to mark’ atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek (akhlaq al-mazdmumah), sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia (akhlaq al-mahmudah).
Pendidikan karakter di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik sejak dini. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik sekolah dasar mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter sehingga terejawantahkan dalam perilaku sehari-hari sampai mereka dewasa.
Pendidikan karakter pada tingkatan sekolah dasar juga mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi dan kebiasaan keseharian yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah. Mengingat begitu pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang perlu untuk merumuskan grand design penguatan pendidikan karakter sebagai rujukan konseptual dan operasional pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.

Grand Design Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Oval: Full Day School
(habitualisasi di lingkungan sekolah)
Right Arrow: Nilai-nilai karakter
Right Arrow: Perilaku
karakter













C.        GRAND DESIGN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
1)        Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Konsep ini dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah proses pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi kognitif yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi afektif, yaitu peserta didik dapat mengenal, menyadari, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setidaknya terdapat dua  pertanyaan mendasar yang perlu diperhatikan kaitannya dengan proses pembelajaran, yaitu: (1) sejauhmana efektivitas guru dalam melaksanakan pengajaran, dan (2) sejauhmana siswa dapat belajar dan menguasi materi pelajaran seperti yang diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi pelajaran dengan baik dan siswa dapat menguasai substansi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam struktur kurikulum sekolah dasar, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di sekolah dasar mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Matriks Distribusi Nilai-nilai Karakter ke Dalam Mata Pelajaran

Mata Pelajaran


Nilai-nilai Karakter
Pendidikan Agama
Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan social, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli
PKn
Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, menghargai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Bahasa Indonesia
Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis
IPS
Nasionalis, menghargai keberagaman, Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli social dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras
IPA
ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
Seni Budaya
Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin tahu, jujur, disiplin, demokratis
Penjasorkes
Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, menghargai karya dan prestasi orang lain
Bahasa Inggris
Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan sosial
Muatan Lokal
Menghargai keberagaman, menghargai karya orang lain, nasionalis, peduli

2)        Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna. Dengan kata lain, ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.  
Ekstrakurikuler merupakan bagian dari program pembinaan kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan. Artinya, kegiatan ekstrakurikuler dirancang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, yang memperkuat penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan di luar jam pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
a)        Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b)        Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c)         Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d)        Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan menyiapkan mereka agar berakhlak mulia, demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter melalui ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat diupayakan antara lain dalam bentuk kegiatan: (1) pembiasaan akhlak mulia, (2) masa pengenalan lingkunag sekolah (MPLS), (3) tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, (4) kepramukaan, (5) upacara bendera, (6) usaha kesehatan sekolah (UKS),  dan (7) pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba.

Matriks Distribusi Nilai-nilai Karakter ke Dalam Ekstrakurikuler
Bentuk Kegiatan
Nilai-nilai Karakter
Pembiasaan Akhlak Mulia
Religius, Taat kepada Tuhan YME, Syukur, Ikhlas, Sabar, Tawakkal
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)
Percaya Diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Bertanggungjawab, Cinta Ilmu, Santun, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah
Dapat Dipercaya, Jujur, Menempati Janji, Rendah Hati, Malu Berbuat salah, Pemaaf, Berhati Lembut, Disiplin, Bersahaja, Pengendalian Diri, Taat Peraturan, Toleran, Peduli sosial dan lingkungan
Kepramukaan
Percaya Diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Menghargai keberagaman, Berpikir logis, kritis, kreatif dan  inovatif, Mandiri, Pemberani, Bekerja Keras, Tekun, Ulet/Gigih, Disiplin, Visioner, Bersahaja, Bersemangat, Dinamis, Pengabdian, Tertib, Konstruktif
Upacara Bendera
Bertanggungjawab, Nasionalis, Disiplin, Bersemangat, Pengabdian, Tertib, Berwawasan Kebangsaan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Patuh pada aturan-aturan sosial, Bergaya hidup sehat, Peduli sosial dan lingkungan, Cinta keindahan
Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Percaya diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Bergaya hidup sehat, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Disiplin

3)        Full Day School Sebagai Wadah Pembiasaan Perilaku Karakter di Sekolah Dasar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof. Muhadjir Effendy menggagas sistem belajar mengajar dengan full day school. Penerapan konsep ini dilakukan supaya peserta didik mendapat pendidikan karakter dan pengetahuan umum di sekolah. Menurut Prof. Muhadjir Effendy (Okezone, 9/8/2016), menjelaskan bahwa konsep full day school bukan berarti peserta didik belajar seharian penuh di sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, misalnya: keterampilan, budi pekerti, olahraga, seni budaya dan lainnya, dan peserta didik juga akan libur pada sabtu dan minggu sehingga mereka dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Seperti yang telah dilansir oleh republika, (13/8/2016) Prof. Muhadjir Effendy juga menambahkan bahwa dalam penerapan full day school pada jenjang SD, sebanyak 70 persen untuk pendidikan karakter dan 30 persen akademis atau pengetahuan.
Dari paparan diatas, penulis mengapresiasi positif wacana penerapan konsep full day school di sekolah dasar, selain porsinya yang besar dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif yang dilakukan diluar sekolah. Menurut penulis konsep tersebut akan lebih aplicatible dan disambut positif oleh masyarakat apabila dalam penerapannya sekolah melakukan kerjasama (MoU) dengan lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah diniyah (MADIN), remaja masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang ada disekitar lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik.

Matriks Penguatan Pendidikan Karakter
Dengan Pendekatan Full Day School.
Model Penguatan Pendidikan Karakter
Bentuk Kegiatan
Terintegrasi dalam pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran
Terintegrasi dalam ekstrakurikuler
Kegiatan non akademik diluar jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
Full Day School sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter
Keterpaduan antara kegiatan belajar mengajar tatap muka dan kegiatan non akademik diluar jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter

D.       SIMPULAN
Tujuan pendidikan karakter di sekolah dasar untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik sejak dini secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Mengingat begitu pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang perlu untuk merumuskan grand design penguatan pendidikan karakter sebagai rujukan konseptual dan operasional pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna.
Konsep full day school di sekolah dasar, selain porsinya yang besar dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif yang dilakukan diluar sekolah. Dan konsep ini akan lebih aplicatible apabila dalam penerapannya sekolah melakukan kerjasama (MoU) dengan lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah diniyah (MADIN), remaja masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang ada disekitar lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik.


* BIODATA PENULIS

Nama 
:
ACHMAD NUROHIM
Pekerjaan
:
Pendidik/Guru
Tempat Kerja
:
SDN Manduro 2 Kab. Mojokerto
Email
:
Nomor HP
:
0857-32369815
Alamat
:
Jl. Sumber Buluresik RT. 019 RW. 004 Desa   Manduro MG Kecamatan Ngoro Kabupaten   Mojokerto 61385 JATIM
Pengalaman Profesional
:
1
Pendidik/Guru di SDN Manduro 2 Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang)


2.
Pendidik/Guru di SMP YPI Baiturrahman Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang)


3.
Tutor Program Kesetaraan Kejar Paket B Setara SMP PKBM “Al-Hidayah” Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2008-sekarang)


4.
Sekretaris Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) “Al-Hidayah” Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2008-sekarang)


5.
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Ds. Manduro MG Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-2020)


6.
Ketua Yayasan Amal Bhakti Nusantara (Ambhara) Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-sekarang)


7.
Pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 01 SD Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2016-sekarang)


8.
Kepala Madrasah Diniyah (MADIN) “Nurul Huda” Ds. Manduro MG Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-sekarang);


9.
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Program Studi S2 Pendidikan Dasar, (2016-sekarang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lugas, Cerdas, Santun dan Mendidik