Jumat, 22 September 2017

FULL DAY SCHOOL; WADAH PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

FULL DAY SCHOOL; WADAH PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Oleh: Achmad Nurohim*


Dewasa ini bangsa Indonesia menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang cukup memprihatinkan. Praktik demoralisasi mulai merambah hampir semua sektor kehidupan dan bahkan juga dunia pendidikan. Fenomena yang mempertontonkan perilaku oknum peserta didik dan bahkan juga oknum pendidik  yang mengarah kepada degradasi moral sudah cukup untuk menampar wajah dunia pendidikan nasional kita. Hal ini terjadi, tentu bukan karena sistem pendidikan kita tidak mengajarkan nilai-nilai moral dan budi pekerti kepada peserta didik akan tetapi pengajaran nilai-nilai moral dan budi pekerti tersebut hanya cenderung sebatas menjadi pengetahuan kognitif saja dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan secara nyata.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang, termasuk sekolah dasar harus diselenggarakan secara sistematis dan professional untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini tentu berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini mengindikasikan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan sebagai upaya menyeimbangkan antara kemampuan hard skill dan soft skill dan juga penguatan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar.

Konsep Pendidikan Karakter Dalam Konteks Full Day School di Sekolah Dasar
Karakter menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Dalam bahasa Yunani, karakter disebut ‘to mark’ yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, korupsi, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya diberi label sebagai orang berkarakter jelek (akhlaq al-mazdmumah), sebaliknya, orang yang berperilaku baik dan sesuai dengan kaidah moral diberi label sebagai orang berkarakter mulia (akhlaq al-mahmudah).
Pendidikan karakter di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik sejak dini. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik sekolah dasar mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter sehingga terejawantahkan dalam perilaku sehari-hari sampai mereka dewasa.
Pendidikan karakter pada tingkatan sekolah dasar juga mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi dan kebiasaan keseharian yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah. Pembentukan budaya sekolah yang baik tentu tidak hanya dilakukan pada saat pembelajaran tatap muka saja akan tetapi lebih dari itu harus ditindak lanjuti dengan berbagai program penguatan pendidikan karakter melalui penerapan full day school. Mengingat begitu pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang perlu untuk merumuskan grand design penguatan pendidikan karakter dalam konteks full day school sebagai rujukan konseptual dan operasional pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.

Grand Design Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
 













1)        Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Konsep ini dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah proses pengenalan dan penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti serta penginternalisasian nilai-nilai tersebut kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui kegiatan belajar mengajar baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada prinsipnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi kognitif seperti yang telah ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi afektif, yaitu peserta didik dapat mengenal, menyadari, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setidaknya terdapat dua pertanyaan mendasar yang perlu diperhatikan kaitannya dengan proses pembelajaran, yaitu: (1) sejauhmana kepiawaian seorang guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam proses pembelajaran, dan (2) sejauhmana siswa dapat belajar dan menguasai materi pelajaran serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dalam waktu bersamaan seperti yang telah diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi pelajaran dengan baik serta menanamkan nilai-nilai karakter dan siswa dapat menguasai substansi tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam struktur kurikulum sekolah dasar, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di sekolah dasar mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
2)        Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna. Dengan kata lain, ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.  
Ekstrakurikuler merupakan bagian dari program pembinaan kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan. Artinya, kegiatan ekstrakurikuler dirancang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, yang memperkuat penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan di luar jam pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
a)      Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b)      Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c)      Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d)      Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan menyiapkan mereka agar berakhlak mulia, demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter melalui ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat diupayakan antara lain dalam bentuk kegiatan: (1) pembiasaan akhlak mulia, (2) masa pengenalan lingkunag sekolah (MPLS), (3) tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, (4) kepramukaan, (5) upacara bendera, (6) usaha kesehatan sekolah (UKS), (7) pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba, dan (8) madrasah diniyah (MADIN).
Pada dasarnya penguatan pendidikan karakter melalui pendekatan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dasar memiliki porsi waktu yang lebih besar dari pada saat proses pembelajaran tatap muka. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, memungkinkan sepenuhnya dapat digunakan untuk kegiatan pengenalan dan penanaman serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian seharian penuh kegiatan sekolah berbasis karakter, dalam konteks inilah penulis menyebutkan full day school sebagai wadah penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar.

3)        Full Day School Sebagai Wadah Pembiasaan Perilaku Karakter di Sekolah Dasar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof. Muhadjir Effendy menggagas sistem belajar mengajar dengan full day school. Penerapan konsep ini dilakukan supaya peserta didik mendapat pendidikan karakter dan pengetahuan umum di sekolah. Menurut Prof. Muhadjir Effendy (Okezone, 9/8/2016), menjelaskan bahwa konsep full day school bukan berarti peserta didik belajar seharian penuh di sekolah, tetapi memastikan bahwa peserta didik dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan karakter, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, misalnya: keterampilan, budi pekerti, olahraga, seni budaya dan lainnya, dan peserta didik juga akan libur pada sabtu dan minggu sehingga mereka dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Seperti yang telah dilansir oleh republika, (13/8/2016) Prof. Muhadjir Effendy juga menambahkan bahwa dalam penerapan full day school pada jenjang SD, sebanyak 70 persen untuk pendidikan karakter dan 30 persen akademis atau pengetahuan.
Dari paparan diatas, penulis mengapresiasi positif wacana penerapan konsep full day school di sekolah dasar, selain porsinya yang besar dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif yang dilakukan diluar sekolah. Menurut penulis konsep tersebut akan lebih aplicatible dan disambut positif oleh masyarakat apabila dalam penerapannya sekolah melakukan kerjasama (MoU) dengan lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah diniyah (MADIN), remaja masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang ada disekitar lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik.

Matriks Penguatan Pendidikan Karakter
Dengan Pendekatan Full Day School.
Model Penguatan Pendidikan Karakter
Bentuk Kegiatan
Terintegrasi dalam pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam setiap mata pelajaran
Terintegrasi dalam ekstrakurikuler
Kegiatan non akademik diluar jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
Full Day School sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter
Keterpaduan antara kegiatan belajar mengajar tatap muka dan kegiatan non akademik diluar jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter

Simpulan
Tujuan pendidikan karakter di sekolah dasar untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik sejak dini secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Mengingat begitu pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang perlu untuk merumuskan grand design penguatan pendidikan karakter dalam konteks full day school sebagai rujukan konseptual dan operasional pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter terintegrasi didalam proses pembelajaran adalah proses pengenalan dan penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti serta penginternalisasian nilai-nilai tersebut kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui kegiatan belajar mengajar baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna.
Konsep full day school di sekolah dasar, selain porsinya yang besar dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain itu juga dapat mengurangi kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif yang dilakukan diluar sekolah. Dan konsep ini akan lebih aplicatible apabila dalam penerapannya sekolah melakukan kerjasama (MoU) dengan lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah diniyah (MADIN), remaja masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang ada disekitar lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan pendidikan karakter kepada peserta didik.

* BIODATA PENULIS


Nama 
:
ACHMAD NUROHIM, S.Pd.SD
Pekerjaan
:
Pendidik/Guru
Tempat Kerja
:
SDN Manduro 2 Kab. Mojokerto JATIM
Email
:
Website/blog
:
achmadnurohim.blogspot.co.id
Nomor HP
:
0857-3236-9815, 0858-5632-8404
Alamat
:
Jl. Sumber Buluresik RT. 019 RW. 004 Desa Manduro MG Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto 61385 JATIM
Pengalaman Profesional
:
1.
Pendidik/Guru di SDN Manduro 2 Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang);


2.
Pendidik/Guru di SMP YPI Baiturrahman Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang);


3.
Tutor Program Kesetaraan Kejar Paket B Setara SMP PKBM “Al-Hidayah Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2008-sekarang);


4.
Sekretaris Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) “Al-Hidayah Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2008-sekarang);


5.
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Ds. Manduro MG Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-2020);


6.
Ketua Yayasan Amal Bhakti Nusantara (Ambhara) Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-sekarang);


7.
Pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 01 SD Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2016-sekarang);


8.
Kepala Madrasah Diniyah (MADIN) “Nurul Huda” Ds. Manduro MG Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-sekarang);


9.
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Program Studi S2 Pendidikan Dasar, (2016-sekarang).
 









  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lugas, Cerdas, Santun dan Mendidik