FULL DAY SCHOOL; WADAH PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Oleh:
Achmad Nurohim*
Dewasa ini bangsa Indonesia menunjukkan indikasi terjadinya krisis karakter yang
cukup memprihatinkan. Praktik demoralisasi mulai
merambah hampir semua sektor kehidupan dan bahkan juga dunia
pendidikan. Fenomena yang mempertontonkan perilaku oknum peserta didik dan bahkan juga oknum pendidik yang
mengarah kepada degradasi moral sudah cukup untuk menampar wajah dunia
pendidikan nasional kita. Hal ini terjadi, tentu bukan karena sistem pendidikan
kita tidak mengajarkan nilai-nilai moral dan budi pekerti kepada peserta didik
akan tetapi pengajaran nilai-nilai moral dan budi pekerti tersebut hanya
cenderung sebatas menjadi pengetahuan kognitif saja dan kurang mempersiapkan
siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan secara nyata.
Berdasarkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan disetiap jenjang, termasuk sekolah dasar harus
diselenggarakan secara sistematis dan professional untuk mencapai tujuan tersebut.
Hal ini tentu berkaitan dengan pembentukan karakter peserta
didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral dan berinteraksi dengan
masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali
Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan
orang lain (soft skill).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft
skill dari pada hard skill. Hal ini mengindikasikan
bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan
sebagai upaya menyeimbangkan antara kemampuan hard skill dan soft skill dan juga penguatan
implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar.
Konsep
Pendidikan Karakter Dalam Konteks Full Day School di Sekolah Dasar
Karakter menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Dalam bahasa Yunani, karakter
disebut ‘to mark’ yang berarti menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan
nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang
yang tidak jujur, korupsi, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya diberi label
sebagai orang berkarakter jelek (akhlaq al-mazdmumah), sebaliknya, orang
yang berperilaku baik dan sesuai dengan kaidah moral diberi label sebagai orang
berkarakter mulia (akhlaq al-mahmudah).
Pendidikan karakter di sekolah dasar bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang mengarah pada pembentukan karakter
peserta didik sejak dini. Melalui pendidikan karakter
diharapkan peserta didik sekolah dasar mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter sehingga
terejawantahkan dalam perilaku sehari-hari sampai mereka dewasa.
Pendidikan karakter pada tingkatan sekolah dasar juga mengarah
pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi dan kebiasaan keseharian
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah. Pembentukan budaya sekolah yang
baik tentu tidak hanya dilakukan pada saat pembelajaran tatap muka saja akan
tetapi lebih dari itu harus ditindak lanjuti dengan berbagai program penguatan
pendidikan karakter melalui penerapan full day school. Mengingat begitu
pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang perlu
untuk merumuskan grand design penguatan
pendidikan karakter dalam konteks full day school sebagai rujukan konseptual dan operasional
pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam
pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam
ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah
pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.
Grand Design Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
![]() |
1)
Pendidikan
Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Konsep
ini dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pendidikan
karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah proses pengenalan dan penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti serta penginternalisasian nilai-nilai tersebut kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui kegiatan
belajar mengajar baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada prinsipnya kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi kognitif
seperti yang telah ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta
didik menguasai kompetensi afektif, yaitu peserta didik dapat mengenal,
menyadari, dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Setidaknya terdapat dua pertanyaan mendasar
yang perlu diperhatikan kaitannya dengan proses pembelajaran, yaitu: (1)
sejauhmana kepiawaian seorang guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam
proses pembelajaran, dan (2) sejauhmana siswa dapat belajar dan menguasai
materi pelajaran serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dalam waktu
bersamaan seperti yang telah diharapkan. Proses pembelajaran dikatakan efektif
apabila guru dapat menyampaikan keseluruhan materi pelajaran dengan baik serta
menanamkan nilai-nilai karakter dan siswa dapat menguasai substansi tersebut
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam struktur kurikulum sekolah dasar, pada dasarnya
setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter.
Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung
dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata
pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi
nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada semua mata pelajaran di sekolah
dasar mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-hari
melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian.
2)
Pendidikan
Karakter Terintegrasi Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai
kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan
tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka
memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi
nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal,
nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna. Dengan kata lain,
ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta
didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan
oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan
di sekolah.
Ekstrakurikuler merupakan bagian dari program pembinaan kesiswaan, yang
termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan. Artinya, kegiatan
ekstrakurikuler dirancang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah,
yang memperkuat penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta
didik melalui kegiatan di luar jam pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi
pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
a) Pengembangan, yaitu fungsi
kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan
dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat
mereka.
b) Sosial, yaitu fungsi kegiatan
ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik.
c) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan
ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan
menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.
d) Persiapan karir, yaitu fungsi
kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Dalam memantapkan kepribadian peserta
didik guna mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan
menyiapkan mereka agar berakhlak mulia, demokratis dan menghormati hak-hak
asasi manusia, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan
karakter melalui ekstrakurikuler di sekolah dasar dapat diupayakan antara lain
dalam bentuk kegiatan: (1) pembiasaan akhlak mulia, (2) masa pengenalan
lingkunag sekolah (MPLS), (3) tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah,
(4) kepramukaan, (5) upacara bendera, (6) usaha kesehatan sekolah (UKS), (7)
pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba, dan (8) madrasah diniyah (MADIN).
Pada
dasarnya penguatan pendidikan karakter melalui pendekatan kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah dasar memiliki porsi waktu yang lebih besar dari
pada saat proses pembelajaran tatap muka. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, memungkinkan
sepenuhnya dapat digunakan untuk kegiatan pengenalan dan penanaman serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dalam kehidupan secara nyata. Dengan
demikian seharian penuh kegiatan sekolah berbasis karakter, dalam konteks
inilah penulis menyebutkan full day
school sebagai wadah
penguatan pendidikan karakter di sekolah dasar.
3)
Full
Day School Sebagai Wadah Pembiasaan
Perilaku Karakter di Sekolah Dasar
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud), Prof. Muhadjir
Effendy menggagas sistem belajar mengajar dengan full day school.
Penerapan konsep ini dilakukan supaya peserta didik mendapat pendidikan karakter dan
pengetahuan umum di sekolah. Menurut Prof. Muhadjir
Effendy (Okezone,
9/8/2016), menjelaskan bahwa konsep full day school bukan
berarti peserta didik belajar seharian penuh di sekolah, tetapi memastikan
bahwa peserta didik dapat mengikuti kegiatan-kegiatan penanaman pendidikan
karakter, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, misalnya: keterampilan, budi pekerti, olahraga, seni budaya dan lainnya, dan peserta didik juga akan libur pada
sabtu dan minggu sehingga mereka dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Seperti yang telah dilansir oleh republika, (13/8/2016) Prof. Muhadjir Effendy juga menambahkan bahwa dalam penerapan full day school pada jenjang SD,
sebanyak 70 persen untuk pendidikan karakter dan 30 persen akademis atau
pengetahuan.
Dari
paparan diatas, penulis mengapresiasi positif wacana penerapan konsep full
day school di sekolah dasar, selain porsinya yang besar dalam penguatan
pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain itu juga dapat mengurangi
kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif yang dilakukan diluar
sekolah. Menurut penulis konsep tersebut akan lebih aplicatible dan
disambut positif oleh masyarakat apabila dalam penerapannya sekolah melakukan
kerjasama (MoU) dengan lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah
diniyah (MADIN), remaja masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang
ada disekitar lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan
pendidikan karakter kepada peserta didik.
Matriks Penguatan Pendidikan
Karakter
Dengan Pendekatan Full Day
School.
Model
Penguatan Pendidikan Karakter
|
Bentuk
Kegiatan
|
Terintegrasi
dalam pembelajaran
|
Kegiatan
belajar mengajar tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
dalam setiap mata pelajaran
|
Terintegrasi
dalam ekstrakurikuler
|
Kegiatan
non akademik diluar jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan
nilai-nilai karakter
|
Full Day School sebagai wadah pembiasaan perilaku karakter
|
Keterpaduan
antara kegiatan belajar mengajar tatap muka dan kegiatan non akademik diluar
jam pelajaran tatap muka dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter
|
Simpulan
Tujuan pendidikan karakter di sekolah dasar untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik sejak dini
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan. Mengingat
begitu pentingnya pendidikan karakter ditingkat sekolah dasar maka dipandang
perlu untuk merumuskan grand design penguatan
pendidikan karakter dalam konteks full day school sebagai rujukan konseptual dan operasional
pengembangan implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar. Grand design tersebut meliputi: (1) pendidikan karakter terintegrasi dalam
pembelajaran di sekolah dasar, (2) pendidikan karakter terintegrasi dalam
ekstrakurikuler di sekolah dasar, dan (3) full day school sebagai wadah
pembiasaan perilaku karakter di sekolah dasar.
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter terintegrasi
didalam proses pembelajaran adalah proses pengenalan dan penanaman nilai-nilai moral dan budi pekerti serta penginternalisasian nilai-nilai tersebut kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui kegiatan
belajar mengajar baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran.
Ekstrakurikuler dapat diartikan sebagai kegiatan
pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut
dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka
memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi
nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal,
nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna.
Konsep full day school di sekolah dasar, selain
porsinya yang besar dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu 70 persen selain
itu juga dapat mengurangi kemungkinan anak melakukan tindakan-tindakan negatif
yang dilakukan diluar sekolah. Dan konsep ini akan lebih aplicatible apabila
dalam penerapannya sekolah melakukan kerjasama (MoU) dengan
lembaga-lembaga berbasis karakter, seperti madrasah diniyah (MADIN), remaja
masjid, karang taruna, club-club olah raga dan seni yang ada disekitar
lingkungan sekolah untuk bersama-sama melakukan penguatan pendidikan karakter
kepada peserta didik.
* BIODATA PENULIS
Nama
|
:
|
ACHMAD NUROHIM, S.Pd.SD
|
|
Pekerjaan
|
:
|
Pendidik/Guru
|
|
Tempat Kerja
|
:
|
SDN Manduro 2 Kab. Mojokerto JATIM
|
|
Email
|
:
|
||
Website/blog
|
:
|
achmadnurohim.blogspot.co.id
|
|
Nomor HP
|
:
|
0857-3236-9815, 0858-5632-8404
|
|
Alamat
|
:
|
Jl. Sumber Buluresik RT. 019 RW. 004 Desa Manduro MG
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto 61385 JATIM
|
|
Pengalaman Profesional
|
:
|
1.
|
Pendidik/Guru di SDN Manduro 2 Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang);
|
|
|
2.
|
Pendidik/Guru di SMP YPI Baiturrahman Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2006-sekarang);
|
|
|
3.
|
Tutor Program Kesetaraan Kejar Paket B Setara SMP PKBM “Al-Hidayah” Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2008-sekarang);
|
|
|
4.
|
Sekretaris Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
“Al-Hidayah” Kec. Ngoro Kab. Mojokerto,
(2008-sekarang);
|
|
|
5.
|
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD)
Ds. Manduro MG Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-2020);
|
|
|
6.
|
Ketua Yayasan Amal Bhakti Nusantara (Ambhara) Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2015-sekarang);
|
|
|
7.
|
Pengurus Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus 01 SD Kec. Ngoro Kab. Mojokerto, (2016-sekarang);
|
|
|
8.
|
Kepala Madrasah Diniyah (MADIN) “Nurul Huda” Ds. Manduro
MG Kec. Ngoro Kab.
Mojokerto, (2015-sekarang);
|
|
|
9.
|
Mahasiswa Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Program Studi S2 Pendidikan Dasar, (2016-sekarang).
|
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Lugas, Cerdas, Santun dan Mendidik